Laman

Rabu, 15 April 2009

Pengembangan Roti Sehat Sebagai Salah Satu Makanan Varian Masyarakat Modern

Latar Belakang

Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk melakukan aktivitas di bawah tekanan, sehingga membuat waktu menjadi sangat berharga. Hal ini menyebabkan masyarakat memilki pola hidup yang serba instan dalam kehidupannya, tidak terkecuali pola konsumsi makanan yang serba instan yang saat ini semakin marak dipasaran, sedangkan konsumen kurang memperhatikan kualitas gizi yang terkandung dalam makanan instan tersebut.

Makanan instan sangat tidak sehat untuk dikonsumsi karena sebagian besar masih menggunakan bahan pengawet kimiawi dan zat adiktif yang dapat menggangu kesehatan. Dalam jangka panjang pengonsumsi makanan ini akan mudah terserang berbagai penyakit dalam kategori kronis. Misalnya, pengonsumsi mie instan yang mengandung bahan pengawet kimia, dalam jangka panjang pengonsumsi mie ini akan menderita kanker, sistem kekebalan tubuh melemah dan menurunkan daya kerja jantung. (Sumbernya dimana)

Pada tahun 2008 ini, PBB sebagai organisasi dunia terus menyerukan slogan “Back to Nature”. Bukan tanpa alasan jika slogan ini terus diserukan, karena berdasarkan data statistik dunia dalam dekade sepuluh tahun ini, tingkat kematian penduduk di negara-negara maju mengalami peningkatan sebesar lima belas persen. Hal ini disebabkan sebagian besar masyarakat di negara-negara maju masih mengonsumsi makanan-makanan instan yang mengandung banyak zat aditif berbahaya. Slogan “Back to Nature” ini ternyata memiliki respon yang baik dari masyarakat. Para peneliti yakin bahwa hampir semua sumber makanan yang disediakan alam memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Bahkan obat-obatan semua diarahkan pada pemanfaatan tumbuh-tumbuhan secara alami dan sedikit konsentrasi menggunakan bahan kimia. Begitu juga dengan makanan, semua dianjurkan memiliki kandungan gizi nabati yang tinggi, baik makanan instan maupun tidak. Sejak slogan tersebut gencar diserukan, banyak perusahaan-perusahaan makanan mencantumkan label nature pada kemasan produk. Pada umumnya mereka menggunakan sari-sari sayuran untuk produksinya. Namun mengapa harus sayuran?

Dari hasil penelitian terhadap 14 jenis sayuran yang dilakukan para peneliti Jepang dibawah pimpinan Masatoshi Yamazaki, mereka menyimpulkan bahwa sayuran adalah sumber makanan yang sehat karena banyak mengandung serat, vitamin, dan zat-zat alami lainnya, yang dibutuhkan tubuh. Serat dibutuhkan tubuh untuk membantu proses pencernaan secara mekanik. Sedangkan vitamin adalah zat-zat yang dibutuhkan tubuh yang berguna dalam membantu enzim sebagai katalisator tubuh. Dari penelitian tersebut juga mengindikasikan bahwa sayuran memiliki semacam senyawa yang mempunyai sifat menstimulasi tubuh dalam memproduksi senyawa, yang diistilahkan dengan TNF (Tumor Necrosis Factor). TNF adalah senyawa aktif dalam tubuh yang dapat berfungsi untuk meluruhkan sel-sel tumor. Dari 14 jenis sayuran ini, empat jenis di antaranya yaitu seperti kol, wortel, bayam, dan buncis mempunyai potensi tinggi untuk menginduksi tumbuhnya faktor kekebalan di dalam tubuh.(Untung, 2002)

Pemanfaatan sayur-sayuran dapat dibedakan atas: daun (kangkung, katuk, sawi, bayam, selada air, dll), bunga (kembang turi, brokoli, kembang kol, dll), buah (terong, cabe, paprika, labu, ketimun, tomat, dll), biji muda (kapri muda, jagung muda, kacang pan-jang, buncis, dll), batang muda (asparagus, rebung, jamur, dll), akar (bit, lobak, wortel, rhadis, dll), serta sayuran umbi (kentang, bawang bombay, bawang merah, dll).

Sayur-sayuran memiliki perbedaan dalam hal warnanya, yang dapat juga mempengaruhi kandungan gizinya. Namun, sebagian besar warna sayuran adalah hijau meski ada beberapa sayuran yang berwarna selain itu. Sayur berwarna hijau merupakan sumber kaya akan vitamin C dan B Kompleks, zat besi, kalsium, magnesium, fosfor, betakarotin, dan tentu saja serat. Kekurangan sayuran berwarna hijau menyebabkan kulit jadi kasar dan bersisik. Semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak kandungan karotennya. Kandungan beta karoten pada sayuran membantu memperlambat proses penuaan dini mencegah resiko penyakit kanker, meningkatkan fungsi paru-paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes (www.rumahsehat.com).

Masyarakat Indonesia masih memiliki masalah yang cukup serius dalam hal pemenuhan gizi. Masalah gizi yang sering timbul, diantaranya:

1. KEP (kurang energi protein) atau gizi buruk

2. Anemia

3. KVA (kurang vitamin A)

4. GAKY (gangguan akibat kekurangan yodium) atau gondok

Semua masalah gizi di atas diakibatkan karena masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi makanan kurang memperhatikan kandungan vitaminnya khususnya vitamin A dan juga pemenuhan zat besi. Diperkirakan masih terdapat sekitar 4 juta ibu hamil dan ibu menyusui menderita gangguan anemia yang sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi. Masalah gizi lain yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dan kurang vitamin A (KVA). (Departemen Kesehatan, 2007).

Direktur gizi masyarakat Departemen kesehatan, dr. Rachmi Untoro MPH, mengungkapkan bahwa sekitar 47% dari 25 juta anak balita dan 26,5% dari sekitar 80 juta anak usia sekolah dan remaja di Indonesia mengalami anemia gizi besi ( www.kapanlagi.com ). Prof. dr Bidasari Lubis, SpA(K) dalam pidatonya juga mengungkapkan bahwa kasus anemia defisiensi besi (ADB) sampai saat ini masih merupakan masalah nutrisi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang dan diperkirakan 30 persen penduduk dunia menderita anemia. Penelitian oleh ikatan dokter anak indonesia (IDAI) pada 1.000 anak sekolah di 11 provinsi di Indonesia menunjukkan prevalensi anemia sebanyak 20-25 persen dan jumlah anak yang mengalami defisiensi besi tanpa anemia jauh lebih banyak lagi (Republika, 2008).

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa masalah KEP, anemia dan KVA merupakan masalah gizi yang tidak dapat dianggap remeh dan harus segera diatasi. Salah satu upaya untuk menanggulangi masalah KEP, Anemia, dan KVA adalah dengan memberikan makanan yang memiliki kadar protein yang tinggi, zat besi dan vitamin, khususnya Vitamin A yang banyak terkandung dalam sayuran.

Namun dalam kenyataannya masih terdapatnya masyarakat yang tidak suka mengonsumsi sayuran karena merasa rasanya kurang enak. Hal ini yang mendasari kami untuk membuat makanan alternatif yang menggabungkan antara roti dengan sayuran maupun buah-buahan. Di Indonesia, konsumsi akan roti cukup tinggi, hal ini dikarenakan roti mempunyai rasa yang lezat, namun minim akan gizi. Oleh karena itu, dengan adanya penggabungan antara roti dengan sayuran maupun buah-buahan diharapkan masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan akan gizinya.

1 komentar:

  1. lanjutannya mana mas,, kalo ada mengenai zat pengembang roti,, makasih sebelumna, okoko

    BalasHapus