Laman

Rabu, 15 April 2009

Analisis Cost and Benefit PT. KAI Pasca Lebaran

Lebaran merupakan nama lain dari hari raya idul fitri untuk masyarakat Indonesia yang juga merupakan hari besar Umat islam. Dalam perayaan lebaran tersebut banyak terdapat bermacam-macam tradisi, perilaku, dan kejadian yang dilakukan oleh umat islam ataupun oleh mereka yang merayakannya, baik itu membuat ketupat, membeli baju baru sampai dengan mudik ke kampung halaman. Di Indonesia sendiri perayaan Idul fitri atau biasa disebut lebaran, sudah menjadi tradisi rutin setiap tahun, sehabis berpuasa selama sebulan, karena pada saat itulah orang-orang baik dari Institusi pemerintah maupun pendidikan akan memperoleh libur yang lumayan panjang, sekitar 1-2 minggu. Sehingga tradisi atau momen tersebut biasanya digunakan oleh sebagian besar masyarakat indonesia untuk melakukan mudik ke kampung halaman agar dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan sanak saudara yang ditinggal merantau oleh anggota keluarganya, mungkin karena alasan pekerjaan atau pun yang lain. Pada saat lebaran juga menjadi tempat memperoleh uang tunjangan tambahan atau biasanya disebut THR (Tunjangan Hari Raya) yang diberikan oleh instansi-instansi pemerintah, swasta maupun pendidikan kepada karyawannya.

Tradisi lebaran juga telah menghipnotis ke sebagian besar masyarakat menengah ke bawah terutama yang bermata pencaharian sebagai pedagang, khususnya pedagang barang-barang primer, seperti: makanan dan pakaian untuk mencari keuntungan yang lebih. Pada saat lebaran itulah menjadi ladang emas bagi pedagang untuk menjual barang dagangannya, hal ini dikarenakan masyarakat (konsumen) akan bersifat lebih konsumtif. Untuk pedagang pakaian sendiri mungkin akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan penjualan di hari-hari biasa, karena masyarakat akan lebih konsumtif dari biasanya, ditambah dalam masyarakat Indonesia sendiri telah memiliki semacam philososfi bahwa pada saat lebaran kurang “afdol” kalau belum membeli baju baru.

Selain itu, tradisi lebaran juga telah menghipnotis peusahaan-perusahaan jasa khususnya transportasi, baik itu darat, udara maupun laut untuk mencari laba yang tinggi. Perusahaan transportasi tersebut akan beramai-ramai memperbaiki sarana dan prasarana serta kualitas pelayanannya untuk dapat mengambil hati calon penumpangnya. Dengan adanya usaha tersebut diharapkan masyarakat akan lebih tertarik menggunakan perusahaan jasa mereka. Akan tetapi dengan adanya usaha untuk memperbaiki sarana dan prasarana maupun pelayanan oleh perusahaan jasa, membuat manajemen perusahaan jasa tersebut harus menetapkan suatu kebijakan agar dapat menutup biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan juga perbaikan peralatanya, yaitu dengan cara menaikkan harga ticketnya, sehingga diharapkan dengan adanya keuntungan yang lebih tinggi dapat menutup biaya dari usaha perbaikan sarana dan prasarana tersebut.

Itulah yang terjadi dalam perusahaan transportasi angkutan jasa kereta api, yang mulai menaikkan harga ticketnya pada H-10 s.d. H+10 lebaran. Kenaikan harga ticket ini terjadi di seluruh kereta api eksekutif dan bisnis yang naik sebesar 20-60 persen dari harga ticket untuk hari-hari biasa, sedangkan untuk kereta api ekonomi ikut juga mengalami kenaikan yang hanya sebesar 10 persen dari harga ticket di hari-hari biasa. Akan tetapi, meskipun harga ticket kereta api mengalami kenaikan, itu tidak membuat para calon penumpang menolak menggunakan angkutan jasa ini. Menurut data posko pelayanan lebaran 2008, penumpang jasa angkutan kereta api mengalami lonjakan dari Lebaran tahun 2007 yang sebesar 2,24 juta penumpang menjadi 2,64 juta penumpang pada Lebaran tahun 2008. Hal ini memperlihatkan bahwa keinginan masyarakat untuk mudik ke kampung halaman dengan menggunakan kereta api sangat besar dibandingkan kenaikan harga ticketnya, sehingga meskipun harga ticket kereta api mengalami kenaikan, tidak menghalangi masyarakat menggunakan jasa angkutan kereta api untuk mudik ke kampung halaman. Hal ini juga membuktikan bahwa jasa angkutan kereta api masih sangat digemari oleh masyarakat meskipun di sisi lain harga ticketnya mengalami kenaikan.

Tetap Menjadi Favorit

Meningkatnya jumlah penumpang pada lebaran 2008 ini dibandingkan dengan lebaran sebelumnya, meskipun telah terjadi kenaikan harga ticket untuk seluruh jenis kereta api, yaitu sebesar 20-60 persen, hal ini membuktikan bahwa jasa angkutan kereta api ini masih tetap menjadi favorit masyarakat sebagai angkutan jasa untuk mudik ke kampung halaman. Kenaikan harga ticket tidak hanya dialami oleh angkutan jasa kereta api saja, akan tetapi dialami juga oleh seluruh jasa angkutan transportasi baik darat, laut, maupun udara, sehingga tidak akan membuat pamor kereta api menjadi menurun akibat dari kenaikan harga ticket tersebut.

Masyarakat akan lebih selektif dalam memilih jasa angkutan yang akan digunakan untuk mudik ke kampung halaman, karena seluruh harga ticket untuk jasa angkutan seluruhnya mengalami kenaikan. Bila dibandingkan dengan jasa angkutan yang lain, seperti pesawat maupun bis terutama dalam soal harga ticketnya, kereta api termasuk jasa angkutan yang lumayan murah, karena harga ticketnya masih di bawah harga ticket pesawat maupun bis VVIP. Hal inilah yang membuat pamor kereta api tetap baik di masyarakat.

Melonjaknya jumlah penumpang kereta api pada lebaran 2008 ini, disadari betul oleh PT. KAI untuk menambah jumlah kereta apinya untuk memuat jumlah penumpang yang terus bertambah. PT. KAI telah menyiapkan kereta api tambahan sebanyak 20 kereta api, untuk menghindari adanya penumpukan penumpang di berbagai stasiun yang menjadi tempat pemberhentian. Selain itu PT. KAI telah mengeluarkan dana hampir 20 M yang digunakan untuk usaha merawat rel kereta api, sehingga arus kereta api menjadi lancar dan terkendali.

Di Indonesia sendiri, masalah rel kereta api masih banyak mengalami kendala mulai dari bantalan rel yang mulai rusak sampai struktur baja rel yang mulai bergeser, apabila itu didiamkan dan tidak diselesaikan maka sewaktu-waktu akan terjadi, yang namanya “anjlok”, untuk itu perlu adanya penanganan yang serius oleh PT. KAI selaku perusahaan jasa yang menangani urusan perkeretaapian di indonesia terutama dalam hal menjaga keselamatan penumpang. Namun tidak hanya permasalahan rel saja, tetapi juga masalah manajemen waktunya, karena masih banyak terjadi keterlambatan pemberangkatan kereta api sehingga dapat mempengaruhi kedatangan ke stasiun yang akan menjadi tempat pemberhentian.

Masih banyak masalah yang terjadi dalam jasa angkutan kereta api, seharusnya disadari betul oleh PT. KAI untuk segera memperbaiki segala masalah yang ada. Dengan membaiknya segala sarana dan prasarana maupun pelayanannya diharapkan PT. KAI akan selalu setia digunakan oleh masyarakat sehingga PT. KAI akan memperoleh keuntungan yang besar tidak hanya keuntungan materil saja tetapi juga keuntungan nama baiknya PT. KAI itu sendiri.

Monopoli Harga

PT. KAI merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang jasa dan juga sebagai perusahaan yang mencari laba. Bila kita perhatikan bahwa PT. KAI tanpa sengaja telah menerapkan sistem monopoli yaitu, dalam hal menentukan harga ticket, hal ini dimungkinkan karena PT. KAI tidak memiliki saingan dalam usahanya atau dengan kata lain sebagai satu-satunya perusahaan yang bergerak dalam bidang perkeretaapian sehingga memungkinkan memperoleh keuntungan yang mutlak.

Dalam bisnis transportasi, memang usaha di jasa angkutan kereta api sangat menguntungkan, karena masih tidak adanya saingan dalam usaha. Tidak seperti, jasa angkutan bis yang telah memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang ini, sebut saja Lorena, Pahala Kencana, Kramat Djati dll. Selain itu juga dalam jasa angkutan udara juga telah memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ini juga, seperti Garuda, Sriwijaya, Air Asia, dll. Sehingga menyulitkan salah satu perusahaan jasa tersebut memperoleh keuntungan yang mutlak, karena masih terdapat saingan dalam usahanya, tidak seperti PT. KAI yang mutlak menguasai jasa angkutan kereta api.

Tidak mengherankan apabila jasa angkutan kereta api akan memperoleh keuntungan yang besar. Memang benar, dan tidak tanggung-tanggung PT KAI meraup untung mencapai Rp 196 miliar, jauh melampaui target awal yaitu Rp 165 miliar. Keuntungan yang besar ini yang juga melebihi dari keuntungan lebaran sebelumnya yang tidak lepas dari kebijakan manajemen PT. KAI untuk menaikkan harga ticket untuk seluruh jenis kereta api.

Meskipun system monopoli kurang sesuai dengan yang diterapkan dalam system ekonomi di Indonesia, namun dengan monopoli ini perusahaan BUMN akan memperoleh keuntungan yang besar sehingga memperbesar juga pendapatan negara yang disumbangkan oleh PT. KAI melalui keuntungan penjualannya maupun juga pajaknya, akan tetapi dengan berjalannya system monopoli di perusahaan jasa terutama perekeretaapian diharapkan pemerintah dapat mengontrol system ini agar tidak diterapkan oleh perusahaan lain. Dan juga dalam hal ini PT. KAI tidak boleh mengabaikan masalah mengenai kurang memadainya sarana dan prasarana serta pelayanan maupun keselamatan penumpang dalam jasa angkutan kereta api ini dan hanya memikirkan untuk meraup keuntungan semata melalui monopoli harga ticket tersebut..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar